yuhuuu,
kali ini ane mau memposting tentang Kelas Kata , ini merupakan tugas Bahasa Indonesia ane disekolah
mohon like dan sharenya ye :D
Kelas Kata
Kelas kata atau partikel leksikal (bahasa Inggris: part of
speech, lexical category) adalah penggolongan kata menurut bentuk, fungsi, dan
maknanya. Meskipun secara semantik ada persamaan antara kelas dalam berbagai
bahasa, ciri-ciri formal kelas kata dapat berbeda antara bahasa. Misalnya,
kelas nomina yang secara semantik universal mewakili orang atau benda, dalam
bahasa Indonesia biasanya ditandai oleh
ketidakbisaannya diberi kata tidak. sedangkan dalam bahasa Inggris nomina mempunyai penanda pluralis dan genitif -s [1]. Kelas kata dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi delapan golongan besar yaitu nomina, pronomina, verba, adverbia, adjektiva, klitika, numeralia, dan kata tugas [2].
ketidakbisaannya diberi kata tidak. sedangkan dalam bahasa Inggris nomina mempunyai penanda pluralis dan genitif -s [1]. Kelas kata dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi delapan golongan besar yaitu nomina, pronomina, verba, adverbia, adjektiva, klitika, numeralia, dan kata tugas [2].
PEMBAGIAN KELAS KATA DALAM BAHASA INDONESIA
1. VERBA
Secara sintaksis
sebuah satuan gramatikal dapat diketahui berategoi verba dari perilakunya dari
satuan yang lebih besar; jadi sebuah kata dapat dikatakan berkaegori verba
hanya dari peri lakunya dalam frase, yakni dalam hal kemunginannya satuan itu
didampingi partikel tidak dalam konstruksi dan dalam hal tidak dapat
didampinginya satuan itu dangan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel
seperti sangat, lebih, atau agak. Secara umum verba dapat diidentifikasikan dan
dibedakan dari kelas kata yang lain, terutama dari adjektiva, karena ciri-ciri
berikut.
a. Verba memiliki
fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun
dapat juga mempunyai fungsi lain.
Contoh:
1. Pencuri itu lari.
2. Mereka sedang
belajar di kamar.
3. Bom itu seharusnya
tidak meledak.
4. Orang asing itu
tidak akan suka masakan Indonesia.
Bagian yang dicetak
miring dalam kalimat di atas adalah predikat, yaitu bagian yang menjadi
pengikat bagian lain dalam kalimat itu.
b. Verba mengandung
makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau
kualitas.
c. Verba, khususnya
yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti “paling”.
Verba seperti mati atau suka, misalnya, tidak dapat diubah menjadi termati atau
tersuka.
d. Pada umumnya verba
tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak
ada bentuk seperti agak belajar, sangat pergi, dan bekerja sekali
VERBA DARI SEGI PERILAKU SEMANTISNYA
Tiap verba memiliki
makna inheren yang terkandung di dalamnya
mengandung makna inheren perbuatan. Contoh: lari, belajar, mendekat,
mencuri, memberhentikan, menakut-nakuti, naik haji.
Verba seperti itu biasanya dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan
Apa yang dilakukan oleh subyek?
Semua verba perbuatan dapat dipakai dalam kalimat perintah.
Mengandung makna inheren proses. Contoh: meledak, mati, jatuh,
mongering, mengecil, kebanjiran, terdampar.
Verba yang mengandung makna itu biasanya dapat menjawab pertanyaan
Apa yang terjadi pada subyek?
Verba proses juga menyatakan adanya perubahan dari suatu keadaan ke
keadaan lain.
Mengandung makna inheren keadaan. Contoh: suka, mati, berguna.
Verba keadaan menyatakan bahwa acuan verba berada dalam situasi
tertentu. Verba keadaan sering sulit dibedakan dari adjektiva karena
kedua jenis kata itu mempunyai banyak persamaan. Bahkan dapat dikatakan bahwa
verba keadaan yang tidak tumpang-tindih dengan adjektiva jumlahnya sedikit.
Satu ciri yang dapat membedakan keduanya ialah bahwa perfiks adjektiva ter-
yang berarti “paling” dapat ditambahkan pada adjektiva , tetapi tidak pada
adjektiva keadaan.
Makna inheren suatu
verba tidak terikat dengan wujud verba tersebut. Apakah suatu verba disebut
kata dasar, kata yang tanpa afiks, atau dengan afiks, hal itu tidak
mempengaruhi makna. Makna inheren juga tidak selalu berkaitan dengan status
ketransitifan suatu verba.
- Verba pengalaman.
Contoh: mendengar, melihat, tahu, lupa, ingat, menyadari.
- Makna verba yang
muncul karena adanya afiksasi. Contoh: membelikan, memukuli, terbawa.
1. Verba Transitif
Verba transitif yaitu
verba yang memerlukan nomina sbagai objek dalam kalimat aktif, dan objek itu
dapat berfungsi sebagai subjek
2. a. Rakyat pasti
mencintai pemimpin yang jujur.
b. Pemimpin yang
jujur pasti dicintai oleh rakyat.
3. a. Polisi harus
memperlancar arus lalu lintas.
b. Arus lalu lintas
harus diperlancar oleh polisi.
4. a. Pemerintah akan
memberlakukan peraturan itu segera.
b. Peraturan itu
segera akan diberlakukan oleh pemerintah.
5. a. Sekarang orang
sukar mencari pekerjaan.
b. Sekarang pekerjaan
sukar dicari orang.
Verba transitif dapat
dibedakan menjadi.
▪ Verba ekstransitif
adalah verba transitif yang diikuti oleh satu objek.
Contoh: saya sedang
mencari pekerjaan.
Verba taktransitif
adalah verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi
sebagai subyek dalam kalimat pasif. Contoh:
1. Maaf, Pak, Ayah
sedang mandi.
2. Kami harus bekerja
keras untuk membangun negara.
3. Petani di
pegunungan bertanam jagung.
Verba taktransitif
dibagi menjadi
▪ Verba berpelengkap.
Jika pelengkap itu tidak hadir maka kalimat tidak sempurna dan tidak berterima.
Contoh: Rumah orang kaya itu berjumlah lima puluh buah, yang dikemukakan adalah
suatu dugaan, dia sudah mulai bekerja, nasi telah menjadi bubur,
▪ Verba taktransitif
berpelengkap manasuka. Pelengkap tidak selalu hadir. Di antara verba seperti
itu ada yang diikuti oleh kata atau frasa tertentu yang kelihatannya seperti
pelengkap, tetapi sebenarnya adalah keterangan. Contoh: makin tua makin
menjadi, pikiran yang dikemukakannya bernilai, film itu berwarna, bibit kelapa
itu tumbuh subur
3. Verba Berpreposisi
Verba berpreposisi
ialah verba taktransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu. Contoh:
1. Kami belum tahu
akan/tentang hal itu.
2. Saya sering
berbicara tentang hal ini.
3. Sofyan berminat
pada musik.
4. Keberhasilan
pembangunan banyak bergantung pada mentalitas para pelaksananya..
Di antara verba
berpreposisi, ada yang sama artinya dengan verba ransitif. Contoh: berbicara
tentang = membicarakan, cinta pada/akan = mencintai, suka akan = menyukai, tahu
akan/tentang = mengetahui, bertemu dengan = menemui.
VERBA DARI SEGI BENTUKNYA
1. Verba Asal
Verba asal ialah
verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Contoh: ada, bangun, cinta,
gugur, hancur, hidup, dating, paham, pecah.
2. Verba Turunan
Verba turunan adalah
verba yang dibentuk melalui trasposisi, pengafiksan, reduplikasi (pengulangan),
atau pemajemukan (pemaduan).
▪ Transposisi adalah
suatu proses penurunan kata yang memperlihatkan peralihan suatu kata dari
kategori sintaksis yang satu ke kategori sintaksis yang lain tanpa mengubah
bentuknya. Contoh: telepon, cangkul, gunting, sikat.
▪ Pengafiksan adalah
penambahan afiks pada dasar. Contoh: membeli, mendarat, beremu, bersepeda.
▪ Reduplikasi adalah
pengulangan suatu dasar. Contoh: lari-lari, makan-makan, tembak-menembak,
mereka-reka.
▪ Pemajemukan adalah
penggabungan atau pemaduan dua dasar atau lebih sehingga menjadi satu satuan
makna. Contoh: jual beli, jatuh bangun, salah sangka, salah hitung, hancur
lebur.
DILIHAT DARI HUBUNGAN VERBA DENGAN NOMINA
1. Verba Aktif,
yaitu verba yang
subyeknya berperan sebagai pelaku.
Contoh: ia mengapur
dinding; saya makan nasi;
2. Verba pasif,
yaitu verba yang
subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil.
Contoh: Adik dipukul
ayah; buku itu terinjak olehku.
3. Verba anti – aktif
(ergatif),
yaitu verba pasif
yang tidak dapat diubah menjdi verba aktif, dan subyeknya merupakan penanggap (
yang merasakan, menderita, mengalami).
Contoh: Ibu kecopetan
di bis. ( yang tidak berasal dari ’X mencopet ibu)
4. Verba anti –
pasif,
yaitu verba aktif
yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
Contoh: Ia haus akan
kasih sayang; pemuda ini benci terhadap perempuan.
DILIHAT DARI INTERAKSI ANTARA NOMINA PENDAMPINGNYA
1. Verba Respirokal,
yaitu verba yang
menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut
dilakukan dengan saling berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan.
Contoh: berkelahi,
berpegangan, tolong – menolong.
2. Verba
non-respirokal,
yaitu verba yang
tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling
berbalasan.
2. NOMINA
Nomina sering juga
disebut kata benda. Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai ciri-ciri tertentu.
a. Dalam kalimat yang
predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subyek, objek, atau
pelengkap.
b. Nomina tidak dapat
diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya ialah bukan.
c. Nomina umumnya
dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh
kata yang.
d. Mempunyai potensi
untuk didahului oleh partikel dari.
NOMINA DARI SEGI PERILAKU SEMANTISNYA
Tiap kata dalam
bahasa mana pun mengandung fitur-fitur semantic yang secara universal melekat
pada kata tersebut. Pemakaian preposisi di, di dalam, dan di atas dipengaruhi
oleh fitur semantic yang ada pada nomina porosnya. Kata-kata dalam bahasa
sering pula dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang bersangkutan. Contoh: gadis
itu akan kawin dengan Agus minggu depan, Agus akan mengawini gadis itu minggu
depan, di dalam laci, di meja.
NOMINA DARI SEGI PERILAKU SINTAKSISNYA
Pada frasa nominal,
nimina befungsi sebagai ini atau poros frasa. Sebagai inti frasa, nomina
menduduki bagian utama, sedangkan pewatasnya berada di muka atau di
belakangnya. Bila pewatas frasa nominal itu berada di muka, pewatas ini umumnya
berupa numeralia atau kata tugas. Contoh: lima lembar, seorang guru, beberapa
sopir, bukan jawaban, banyak masalah.
Kalau pewatas berada
di belakang nomina, nomina yang merupakan inti frasa itu diikuti oleh pewatas
yang berupa nomina, ajektiva, verba, atau kelas kata yang lain. Contoh: masalah
penduduk, kelas ringan, pola berpikir, rumah kita, tabungan berjangka.
Nomina juga digunakan
dalam frasa preposisional. Nomina bertindak sebagai poros yang didahului oleh
preposisi tertentu. Contoh: di kantor, ke desa, dari markas, untuk adekmu, pada
masa itu.
NOMINA DARI SEGI BENTUKNYA
1. Nomina Dasar
Nomina dasar adalah
nomina yang hanya terdiri atas satu morfem.
a. Nomina dasar umum
Contoh: gambar, meja,
rumah, malam, minggu.
b. Nomina dasar
khusus
Contoh: adik, atas
batang, bawah, dalam.
Dalam kelompok nomina
dasar khusus kita temukan bermacam-macam subkategori kata dengan beberapa fitur
semantiknya.
1. Nomina yang
mengacu pada tempat seperti di atas, di bawah, di dalam.
2. Nomina yang
mengacu pada nama geografis.
3. Nomina yang
menyatakan penggolongan kata berdasarkan bentuk rupa acuannya secara idiomatis.
4. Nomina yang
mengacu pada nama diri orang.
5. Nomina yang
mengacu pada orang yang masih mempunyai hubungan kekerabatan.
6. Nomina yang
mengacu pada nama hari.
2. Nomina Turunan
Nomina dapat
diturunkan melalui afiksasi, perulangan, atau pemajemukan.
▪ Afiksasi nomina
adalah suatu proses pembentukan nomina dengan menambahkan afiks tertentu pada
kata dasar. Ada tujuh macam afiksasi dalam penurunan nomina:
1. ke-
contoh: ketua,
kehendak, kekasih dan kerangka.
2. pel-, per-, dan
pe-
contoh: pelajar,
pertapa, persegi, petani, perdagangan.
3. peng-
a. orang atau hal
yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba. Contoh: pembeli,
pendobrag, pengawas, pemilih, pengirim, pengetes.
b. orang yang
pekerjaannya melakukan kegiatan yang dinyatakan oleh verba. Contoh: penyanyi,
pelaut, pemulung, pengemis, penyiar.
c. orang yang
memiliki sifat yang dinyatakan oleh adjektiva dasarnya. Contoh: pemarah,
penakut, pelupa, pemalas, periang.
d. alat untuk
melakukan kegiatan yang dilakukan oleh verba. Contoh: penggali, penghapus,
pembersih, pendorong, penopang.
3. –an
a. hasil tindakan
atau sesuatu yang dinyatakan oleh verba. Contoh: anjuran, kiriman, asinan,
kiloan.
b. Makna lokasi.
Contoh: tepian, belokan, awalan, akhiran.
c. Waktu yang
berkala. Contoh: harian, mingguan, bulanan, tahunan.
d. Buah-buahan.
Contoh: durian, rambutan.
e. Kumpulan dari
nomina. Contoh: sayuran, lautan.
4. peng-an
a. perbuatan yang
dinyatakan oleh verba. Contoh: pemberontakan, pendaftaran, pengunduran,
penyajian, pelampiasan.
b. hasil perbuatan;
hal yang dinyatakan verba. Contoh: pengakuan, penghargaan, penyelesaian,
pengumuman, pemberitaan.
c. maknanya unik
sehingga harus ditentukan sendiri-sendiri. Contoh: pendirian, pendapatan,
pemandangan, pendengaran.
5. per-an
a. diturunkan dari
verba taktransitif dan berawalan ber-. Contoh: perjanjian, pergerakan,
perjalanan, pertemuan, perpindahan.
b. Berkaitan dengan
verba meng- atau memper- yang berstatus transitif. Contoh: perlawanan,
permintaan, percobaan, pergelaran, perjuangan.
c. Hal, keadaan, atau
hasil yang dinyatakan oleh verba. Contoh: pergerakan, perdagangan, pertanian,
perjuangan.
d. Perbuatan yang
dinyatakan oleh verba. Contoh: perkelahian, perzinaan, percakapan,ercobaan,
perlawanan.
e. Hal yang berkaitan
dengan kata dasar. Contoh: perikanan, perkapalan, perbukuan, perburuhan,
persuratkabaran.
f. Tempat yang
dirujuk oleh verba atau kata dasar. Contoh: perapian, perkotaan, perkampungan,
perkemahan, perguruan.
6. ke-an
a. hal atau keadaan
yang berhubungan dengan yang dinyatakan verba. Contoh: kepergian, kedatangan,
kehadiran, keberangkatan, keputusan, ketetapan.
b. Hal atau keadaan
yang berhubungan dengan yang dinyatakan adjektiva. Contoh: kekosongan,
keberanian, kebimbangan, kemalasan, kekecewaan.
c. Keabstrakan.
Contoh: kebangsaan, kemanusiaan, kerakyatan, kekeluargaan.
d. Kantor atau
wilayah kekuasaan. Contoh: kedutaan, kelurahan, kecamatan.
e. Kumpulan dari kata
dasar. Contoh: kepulauan.
▪ Perulangan atau
reduplikasi adalah proses penurunan kata dengan perulangan, baik secara utuh
maupun secara sebagian.
1. Ketaktunggalan
Makna Keanekaan. Contoh: bangun-bangunan, coret-coret, desas-desus,
warna-warni, teka-teki.
Makna Kekolektifan. Contoh: dedaunan, pepohonan, biji-bijian,
daun-daunan, rumput-rumputan.
2. Kemiripan
Makna Kemiripan Rupa. Contoh: bapak-bapak, kakek-kakek,
mata-mata, kuda-kuda, jari-jari.
Makna Kemiripan Cara. Contoh: kucing-kucingan, angina-anginan,
kebelanda-belandaan, kekanak-kanakan, kegila-gilaan.
SUBKATEGORISASI TERHADAP NOMINA DILAKUKAN DENGAN MEMBEDAKAN:
1. Nomina bernyawa
dan tak bernyawa
Nomina bernyawa dapat
disubtitusikan dengan ia atau mereka, sedangkan yang tak bernyawa tidak dapat.
Contoh nomina
bernyawa: nenek, nona, tuan.
Contoh nomina tak
bernyawa: Jawa, sekarang, karung.
2. Nomina terbilang
dan tak terbilang
Nomina terbilang
adalah nomina yang dapat dihitung (dan dapat didampingi oleh numeralia) seperti
kantor, kampung, buku.
Nomina tak terbilang
ialah nomina yang tak dapat didampingi oleh numeralia seperti udara, kebersihan;
termasuk pula nama diri dan nama geografis.
3. Nomina kolektif
dan bukan kolektif
Nomina kolektif
mempunyai ciri dapat disubtitusikan dengan mereka atau dapat diperinci atas
anggota atau atas bagian – bagian. Nomina kolektif terdiri atas nomina dasar
seperti: tentara, puak, keluarga, dan nomina turunan seperti: wangi – wangian,
tepung – tepungan.
3. NUMERALIA
Numeralia adalah kata
yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau brang)
dan konsep. Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam
konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendamping numeralia lain,
dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat. Numeralia
mewakili bilangan yang terdapat dalam alam diluar bahasa.
NUMERALIA POKOK
1. Numeralia pokok
tentu,
mengacu pada bilangan
pokok, yakni 0(nol), 1(satu), 2(dua), sampai 9(Sembilan).Ada pula numeralia
yang merupakan gugus yaitu diantara sepuluh dan dua puluh dipakai gugus yang
berkomponen belas. Bilangan di atas bilangan sembilan belas dinyatakan dengan
menganggap seolah olah bilangan itu terdiri atas beberapa gugus dan bilangan.
Contoh : 7.859 =Tujuh ribu delapan ratus lima puluh Sembilan. Dalam bahasa
Indonesia baku, numeralia pokok ditempatkan di muka nomina dan dapat diselingi
oleh kata penggolong seperti orang, ekor, dan buah. Contoh: majalah kami
memerlukan tiga orang penyunting, pak hasan mempunyai dua ekor burung merak.
2. Numeralia pokok
kolektif,
dibentuk dengan
prefiks ke- yang ditempatkan dimuka nomina yang diperankan. Contoh: ketiga
pemain, kedua gedung, kesepuluh anggota. Jika tidak diikuti oleh nomina,
biasanya bentuk itu diulang dan dilengkapi dengan -nya. Contoh: kedua-duanya,
ketiga-tiganya.
Numeralia kolektif
dibentuk dengan cara
1. Penambahan prefiks
ber- atau se- pada nomina tertentu setelah numeralia. Contoh: tiga bersaudara,
empat beranak, tiga sekawan, tiga serangkai, dua sejoli.
2. Penambahan prefiks
ber- pada numeralia pokok dan hasilnya diletakkan sesudah pronominal persona.
Contoh: (kamu) berlima, (kami) berenam.
3 Pemakain numeralia
yang berprefiks ber- dan yang diulang. Contoh: beribu- ribu, berjuta-juta.
4. Pemakaian gugus
numeralia yang bersufiks –an. Contoh: puluhan, ratusan.
3. Numeralia pokok
distributif,
dapat dibentuk dengan
cara mengulang kata bilangan. Artinya ialah ‘demi’ dan ‘masing-masing’. Contoh:
satu-satu, dua-dua.
4. Numeralia pokok
tak tentu,
mengacu pada jumlah
yang tidak pasti dan sebagian besar numeralia ini tidak dapat menjadi jawaban
atas peranyaan yang memakai kata tanya berapa, ditempatkan di muka nomina yang
diterangkannya. Contoh: banyak orang, berbagai masalah, pelbagai budaya,
sedikit air, semua jawaban, seluruh rakyat, segala penjuru, segenap anggota.
5. Numeralia pokok
klitika,
yaitu numeralia lain yang dipungut dari bahasa Jawa Kuna,
diletakkan di muka nomina yang bersangkutan. Contoh: triwulan, caturwulan,
pancasila, saptamarga, dasalomba.
6. Numeralia ukuran.
Contoh: lusin, kodi,
meter, liter, atau gram.
NUMERALIA TINGKAT
Numeralia pokok dapat
diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan
ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Contoh: kesatu atau pertama, kesepuluh,
pemain ketiga, jawaban kedua itu, suara pertama.
NUMERALIA PECAHAN
Tiap bilangan pokok
dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang dinamakan numeralia pecahan.
Cara membentuknya dengan memakai kata per- diantara bilangan pembagi dan
penyebut. Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok. Bilangan campuran
dapat ditulis desimal. Contoh: 1/2 = seperdua, setengah, separuh; 1/10 =
sepersepuluh; 3/5 = tiga perlima; 9,75 = sembilan tigaperempat atau sembilan
koma tujuh lima.
FRASA NUMERALIA
Umumnya dibentuk
dengan menambahkan kata penggolong. Contoh: dua ekor (kerbau), lima orang
(penjahat), tiga buah (rumah).
4. ADJEKTIVA
Adjektiva ialah kata
yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan
oleh nomina dalam kalimat.
Adjektiva ditandai
oleh kemungkinannya untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi
nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai
ciri – ciri morfologis, seperti –er- (dalam honorer), -if (dalam sensitif ), -i
(dalam alami), atau (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti
adil – keadilan, halus – kehalusan, yakin – keyakinan (ciri terakhir ini
berlaku bagi sebagian besar adjektiva dasar dan bisa menandai verba
intransitif, jadi ada tumpang tindih di antaranya)
Adjektiva yang
memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif.
▪ Keterangan itu
dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan.
Contoh: kecil, berat, merah, bundar, gaib, dan ganda.
▪ Berfungsi sebagai
predikat dan adverbial kalimat, dapat mengacu ke suatu keadaan. Contoh: mabuk,
sakit, basah, baik, dan sadar.
▪ Kemungkinan
menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang
diterangkannya. Contoh: sangat, agak, lebih, dan paling.
ADJEKTIVA DARI SEGI PERILAKU SEMANTISNYA
1. Adjektiva Bertaraf
Adjektiva bertaraf
mengungkapkan suatu kualitas.
a. Adjektiva pemeri
sifat. Jenis ini dapat memerikan kualias dan intensitas yang bercorak fisik
atau mental. Contoh: aman, bersih, cocok, dangkal, indah.
b. Adjektiva ukuran,
mengacu ke kualitas yang dapa diukur dengan ukuran yang sifatnya kuantitatif.
Contoh: berat, ringan, tinggi, panjang, luas.
c. Adjektiva warna,
mengacu ke berbagai warna seperti merah, kuning, hijau, biru, lembayung.
d. Adjektiva waktu
mengacu ke makna proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung
sebagai pewatas. Contoh: lama, segera, jarang, mendadak, singkat,.
e. Adjektiva jarak
mengacu ke ruang antara dua benda, tempat, atau maujud sebagai pewatas nomina.
Contoh: jauh, dekat, lebat, suntuk, akrab.
f. Adjektiva sikap
batin bertalian dengan pengacuan suasana hati atau perasaan. Contoh: bahagia,
bangga, benci, iba, jemu, yakin.
g. Adjektiva cerapan
bertalian dengan pancaindera, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman atau
penghiduan, perabaan, dan pencitarasaan. Ciri yang menarik pada adjektiva
cerapan dalam kalimat ialah sering terjadinya gejala sinestesi. Artinya, ada
penggabungan indra yang nertalian dengan nomina dan adjektiva yang mengacu
kepada dua macam cerapan yang berbeda. Contoh: gemerlap, bising, anyir, basah,
asam.
2. Adjektiva Tak Bertaraf
Adjekiva tak bertaraf
menempatkan acuan nomina yang diwatasinya di dalam kelompok atau golongan
tertentu. Kehadirannya dalam lingkungan itu tidak dapat bertaraf-taraf. Sesuatu
ada di dalamnya atau di luarnya. Contoh: abadi, buntu, bundar, lonjong,
tunggal.
ADJEKTIVA DARI SEGI PERILAKU SINTAKSISNYA
1. Fungsi Atributif
Adjektiva yang
merupakan pewatas dalam frasa nominal yang nominalnya menjadi subyek, objek,
atau pelengkap dikatakan dipakai secara atributif. Tempatnya di sebelah kanan
nomina. Jika pewatas nomina lebih dari satu, rangkaian pewatas itu lazimnya
dihubungkan oleh kata yang. Contoh: buku merah, harga mahal, baju putih yang
panjang, mobil tua yang murah, baju putih yang panjang dan bersih.
2. Fungsi Predikatif
Adjektiva yang
menjalankan fungsi predikat atau pelengkap dalam klausa dikatakan dipakai
secara predikatif. Jika subjek atau predikat kalimat berupa frasa atau klausa
yang panjang disisipkan kata adalah. Adjektiva dapat disebut frasa adjectival
atau inti frasa, dapat diwatasi dengan pemarkah aspektualitas dan pemarkah
modalitas yang ditempatkan di sebelah kirinya. Adjektiva dalam frasa adjectival
dapat juga diikuti pewatas yang berposisi di seelah kanannya. Contoh: gedung
yang baru itu sangat megah, kabar itu membuat mereka gembira, yang
disarankannya kepadamu itu (adalah) baik, (adalah) wajar bagi seorang istri
jadi cemburu, tidak keras kepala, sakit lagi.
3. Fungsi Adverbial atau Keterangan
Adjektiva yang
mewatasi verba (atau adjektiva) yang menjadi predikat klausa dikatakan dipakai
secara adverbial atau sebagai keterangan. Pola struktur adverbial itu dua
macam: (1) … (dengan) + (se-) + adjektiva + (-nya) yang dapat disertai
reduplikasi dan (2) perulangan adjektiva. Contoh: (bekerja) dengan baik,
(bekerja) baik-baik, (menjawab) dengan sebenarnya, (menjawab) sebenar-benarnya,
terbang tinggi-tinggi, Undi bekerja dengan baik sekali.
ADJEKTIVA DARI SEGI BENTUKNYA
1. Adjektiva Dasar
(Monomorfemis)
Contoh: besar, merah,
bundar, pura-pura, hati-hati.
2. Adjektiva Turunan
a. Hasil pengafiksan
tentang tingkat ekuatif dengan prefiks se-, tingkat superlatif dengan prefiks
ter-
b. Hasil pengafiksan
dengan infiks atau sisipan –em- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat
terbatas. Contoh: gemetar, gemuruh, gemerlap, temaram, sinambung.
c. Hasil penyerapan
adjektiva berafiks dari bahasa lain seperti bahasa Arab, Belanda, dan Inggris.
Contoh: alami, alamiah, insani, aktif , agresif.
5. ADVERBIA
Dalam tataran frasa,
Adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain.
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau
proposisi dalam konstruksi sintaksis. Sekalipun banyak adverbial dapat
mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis, namun adanya verba itu bukan
menjadi ciri adverbia.
Adverbia tidak boleh
dikacaukan dengan keterangan, karena adverbia merupakan konsep kategori;
sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi. Adverbia dapat ditemui dalam
bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan itu terwujud melalui afiksasi,
reduplikasi, gabungan proses, gabungan morfem.
Dalam tataran klausa,
adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis. Umumnya kata atau
bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu berfungsi sebagai predikat. Contoh:
▪ ia sangat mencintai
istrinya.
▪ Guru saja tidak
dapat menjawab pertanyaan itu.
▪ Melihat
penampilannya, ia pasti seorang guru.
▪ Hanya petani yang
menanam jagung.
▪ Tampaknya dia tidak
menyetujui usul itu.
ADVERBIA DARI SEGI BENTUKNYA
1. ADVERBIA TUNGGAL
a. Adverbia yang
berupa kata dasar, hanya terdiri atas satu kata dasar. Contoh: baru, hanya,
lebih, hamper, saja, sangat.
b. Adverbia yang
berupa kata berafiks, diperoleh dengan menambahkan gabungan afiks se—nya atau
afiks –nya pada kata dasar. Contoh: sebaiknya, sesungguhnya, agaknya, rupanya,
rasanya.
c. Adverbial yang
berupa kata ulang
▪ Adverbia yang
berupa pengulangan kata dasar. Contoh: diam-diam, lekas-lekas, pela-pelan,
tinggi-tinggi, lagi-lagi.
▪ Adverbia yang
berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan prefiks se-. Contoh:
setinggi-tinggi, sepandai-pandai, sebesar-besar, sesabar-sabar, segalak-galak.
▪ Adverbia yang
berupa pengulangan kata dasar dengan penambahah sufiks –an. Contoh:
hais-habisan, mati-matian, kecil-kecilan, gila-gilaan, gelap-gelapan.
▪ Adverbia yang
berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan gabungan afiks se—nya. Contoh:
setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, seikhlas-ikhlasnya, sekuat-kuatnya,
selembut-lembutnya.
2. ADVERBIA GABUNGAN
Adverbia gabungan
terdiri atas dua adverbia yang berupa kata dasar.
1. Adverbia yang
berdampingan. Contoh: lagi pula, hanya saja, hampir selalu, acapkali.
2. Adverbia yang
tidak berdampingan. Contoh: hanya … saja, belum … lagi, hamper … kembali, hanya
… kembali, tidak … saja.
ADVERBIA DARI SEGI PERILAKU SINTAKSISNYA
Dapat dilihat
berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh
adverbial yang bersangkutan.
1. Adverbia yang mendahului kata yang diterangkan:
▪ Ia lebih tinggi
dari pada adiknya.
▪ Telaga itu sangat
indah.
▪ Pendiriannya
terlalu kukuh untuk digoyangkan.
▪ Kami hanya menulis
apa yang dikatakannya.
2. Adverbia yang
mengikuti kata yang diterangkan:
▪ Tampan nian kekasih
barumu.
▪ Kami duduk-duduk
saja menunggu pangilan.
▪ Jelek benar kelakuannya.
3. Adverbia yang
mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan:
▪ Mahal amat harga
barang-barang itu.
▪ Paginya ia segera
pergi meninggalkan kami.
4. Adverbia yang
mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan:
▪ Saya yakin bukan
dia saja yang pandai.
▪ Bagiku, senyumnya
sangat manis sekali.
ADVERBIA DARI SEGI PERILAKU SEMANTISNYA
1. Adverbia
Kualitatif
Menggabarkan
maknayang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Contoh: paling,
sangat, lebih, dan kurang.
2. Adverbia
Kuantitatif
Menggambarka makna
yang berhubungan dengan jumlah. Contoh: banyak, sedikit, kira-kira, dan cukup.
3. Adverbia Limitatif
Menggambaran makna
yang berhubungan dengan pembatasan. Contoh: hanya, saja, dan sekedar.
4. Adverbia
Frekuentatif
Menggambarkan makna
yang berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang diterangkan
adverbial itu. Contoh: selalu, sering, jaang, dan kadang-kadang.
5. Adverbia Kewaktuan
Menggambarkan makna
yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang diterangkan oleh
adverbial itu. Contoh: baru dan segera.
6. Adverbia Kecaraan
Menggambarkan makna
yang berhubungan dengan bagaimaa peristiwa yang dierangkan oleh adverbial itu
berlangsubg atau terjadi. Contoh: diam-diam, secepatnya, pelan-pelan..
7. Adverbia
Kontrastif
Menggambarkan
perentangan dengan makna kata atau hal yang dinyataka sebelumnya. Contoh:
bahkan, malahan, dan justru.
8. Adverbia
Keniscayaan
Menggambarkan makna
yang berhubungan dengan kepastian tentang keberlangsungan aau terjadinya hal
atau peristiwa yang dijelaskan adverbial itu. Contoh: niscaya, pasti, dan
tentu.
ADVERBIA KONJUNGTIF
Adverbia konjungtif
adalah adverbia yang menghubungkan satu klausa atau kalimat dengan klausa atau
kalimat yang lain. Contoh: (akan) teapi, bahkan, bahwasanya, dengan demikian,
kecuali itu.
ADVERBIA PEMBUKA WACANA
Adverbia pembuka
wacana pada umumnya mengawali suatu wacana. Hubunganny pada paragraf sebelumnya
didasarkan pada makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya itu. Contoh:
adapun, akan hal, alkisah, arkian, dalam pada itu.
kata penghubung dibahas tersendiri !
BalasHapus